Rabu, 02 Maret 2016

Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya


Bismillahirrohmanirrohim.
Anak adalah amanah Alloh yang diberikan kepada orang tua, maka bagi kita yang Alloh sudah amanahi, maka didiklah sebagaimana fitrahnya, setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka perlu kita mengetahui bagaimana sebaiknya kita mendidik anak, kita harus tahu dulu apa tujuan kita mendidik mereka.

Untuk mengetahui tujuan kita dalam mendidik anak kita harus tahu terlebih dahulu siapa sebenarnya anak kita. “Anakmu bukanlah anakmu! Mereka adalah putra-putri kehidupan yang merindu!”, demikian kata Khalil Gibran.

Sebagai muslim kita semestinya mengacu kepada konsep “ilahiyah” untuk menjawab hal tersebut. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan hakekat seorang manusia.

Ada beberapa ayat Dalam Al Qur’an yang dapat kita jadikan landasan untuk merenungkan dan memikirkan bagaimana seharusnya kita mendidik anak. Salah satu ayat tersebut adalah sebagai berikut:  “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi keba-nyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 30)

Ayat tersebut menyebutkan bahwa manusia diciptakan menurut fitrahnya dan diperintahkan agar tetap menjaga fitrahnya tersebut. Ayat ini kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam Hadist Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orangtuanya lah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi”  (Hadist riwayat Bukhari, Juz 1, hlm 1292)

Hadist Rasulullah SAW tersebut menjelaskan peran orangtua yang bernada peringatan, yaitu bahwa perlakuan orangtua terhadap anaknya atau pendidikan yang diberikan orangtua terhadap anaknya memiliki risiko yang dapat menyesatkan sang anak dari fitrahnya. Kita sebagai orangtua diperingatkan agar jangan sampai mendidik anak sehingga justru membuat sang anak melenceng dari fitrahnya. Pendidikan yang benar adalah yang sesuai dengan fitrah sang anak, yang menjaga fitrah anak sehingga tetap lurus seperti ketika mereka dilahirkan. Pertanyaan adalah apakah fitrah anak tersebut?

Ibnu Sina menjelaskan bahwa hakekat dari fitrah seorang manusia sebagai makhluk Allah adalah tunduk pada Allah atau Muslim.  Hal ini berbeda dengan konsep “Tabula Rasa” yang sering dipahami kebanyakan orang, yang mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan “netral” atau “kosong”.  Karena fitrah manusia adalah Muslim, maka perjalanan hidup manusia di dunia ini adalah dalam rangka “kembali” pada Allah. Allah adalah Al Haq atau Kebenaran, sehingga manusia selalu merindukan kebenaran. Ilmu pengetahuan adalah usaha manusia untuk mendapatkan kebenaran tersebut.  Menurut Ibnu Sina, kebahagiaan sejati yang dialami manusia terjadi ketika dia “bertemu” dengan kebenaran. Pendidikan yang baik adalah yang dapat memberikan pengalaman-pengalaman tersebut secara bertahap dan berkelanjutan.

Pada ayat lain dalam Al Qur’an, Allah menyebutkan bahwa fitrah manusia yang suci tersebut tidaklah diberikan dengan begitu saja, karena ketika manusia lahir Allah membuatnya lupa dan tidak tahu apa-apa. “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78)

Dengan memperhatikan kondisi tersebut maka inti dari peranan orangtua sebagai pendidik adalah mengingatkan. Karena manusia pada awalnya adalah suci dan memiliki sifat lupa maka pendidikan pada intinya adalah mengingatkan manusia untuk kembali ke jalan yang benar. Sarana untuk mengingat kembali tersebut adalah pendengaran, penglihatan dan hati.


Tidak ada komentar: